Pada suatu sore yang hangat, Amel dan Arjun berjalan santai di antara pepohonan rindang di Taman Cadika, yang terletak di Medan Johor. Matahari mulai turun, menciptakan bayangan panjang yang melintasi jalan setapak. Angin sore yang sepoi-sepoi menyapu wajah mereka, menambah keindahan momen tersebut.
“Cantik sekali taman ini, ya,” kata Amel, matanya berbinar-binar menatap hamparan hijau di depannya.
Arjun tersenyum sambil mengangguk. “Iya, aku juga baru sadar. Padahal kita sering lewat sini, tapi belum pernah benar-benar menikmati tamannya seperti sekarang.”
Mereka berjalan menyusuri jalan setapak yang dikelilingi bunga-bunga berwarna-warni. Di sisi lain, anak-anak berlari riang sambil tertawa, mengisi taman dengan suasana penuh kebahagiaan. Orang tua duduk di bangku taman, berbincang santai sambil mengawasi anak-anak mereka bermain.
Amel berhenti sejenak di depan sebuah danau kecil di tengah taman. Airnya jernih dan memantulkan bayangan langit sore yang berwarna jingga keemasan. Seekor angsa berenang tenang, menciptakan riak-riak kecil di permukaan air.
“Seandainya kita bisa sering-sering ke sini,” ujar Amel pelan, menikmati suasana tenang yang jarang ia rasakan di tengah hiruk-pikuk kota Medan.
“Bisa kok,” jawab Arjun dengan penuh semangat. “Kita hanya perlu meluangkan waktu. Lagipula, tempat seperti ini kan menenangkan, membuat kita lupa sejenak dari kesibukan sehari-hari.”
Mereka berdua duduk di sebuah bangku di pinggir danau, menikmati langit yang perlahan berubah warna. Amel merasa damai, sementara Arjun juga ikut terdiam, tenggelam dalam keindahan alam yang ada di depan mata.
Mereka duduk di sana hingga matahari benar-benar tenggelam, menggantikan langit yang cerah menjadi gelap. Taman Cadika pun mulai sepi, namun kenangan akan momen indah tersebut akan tetap terpatri dalam hati mereka.